PAPANGGO "b m w" ANCOL
North Jakarta









North Jakarta
PAPANGGO ANCOL AREA
3th September 2008

(after eviction on 24th August 2008)


Soleh, Papanggo Ancol
Engkong dan isteri dan anak-anaknya





Engkong cari air asin untuk mandi








Papanggo Ancol Area
29th August 2008
5 days after eviction

7 p.m. sister Ria (activist) distribute food to the inhabitants

inhabitants waiting for the food

waiting . . .

Pandi (double disable kids, 10 years old) and his mother waiting . . . for help

activist oikumene

dawn . . .

Korban gusuran Papango Ancol
10 KK warga sangat miskin pak Butje, Budi, Mimin yang bertahan di tepi danau sejak hari minggu 24/8 tidur beratap langit. Aku dilokasi mereka sangat perlu bantuan tenda air minum entah rekan dapat membantu? Korban lain di bawah tol dan pinggir-pinggir rel KA antara 200 KK.

Butje, Parlin


The majority of Jakartans live on USD 2 a day. Jakarta's cost-of-living is the second highest in Southeast Asia. Pak Butje mempersiapkan getek karna ancaman seluruh bangunan mau di buldozer termasuk semua barang-barangnya digilas. Pak Butje mempersiapkan getek dengan pikiran kalau buldozer datang biar orang didarat tapi barang-barangnya di air karena buldozer tak bisa ke air. Pak Butje harus menyelamatkan istrinya, Budi anaknya, dan Mimin ponakan iparnya; juga dengan seluruh barang-barangnya.

Pandi and 10 persons in mental health discovery-house was disclosure house burglar with inhuman approach by the north Jakarta authority at Papango Ancol. Pandi sedang tergolek tak berdaya dibawah tenda darurat setelah rumahnya dibongkar paksa.


Keluarga pemulung kerja keras setiap hari 24 jam nonstop menghasilkan 20ribu - 50ribu per hari tinggal dalam rumah/gubuk-gubuk yang sewaktu-waktu siap di gusur.




28th August 2008
Parlin (AYOM activist) help Mimin (centre) and Budi (right)

anak perempuan pemulung tergulung

Butje datang dari Flores tiba Jakarta 20 tahun lalu

Jalan Sungai Tirem pinggir danau Sunter RT.10 / RW.08 No. 75a Kelurahan Papanggo, Jakarta Utara, DKI Jakarta, Republik Indonesia.

danau papanggo ini ada buaya putih buntung tiap orang yang tangkep sakit lalu mati ada juga ikan yang matanya kedip-kedip kalo ditangkep orang bisa sakit lalu mati, kalo dilepas orang yang sakit sembuh. (cerita dari Butje)


. . . ribuan warga korban gusuran di taman BMW Papanggo Ancol Sunter Agung Tanjung Priok, sudah mengungsi dari wilayah rumahnya



Papango - "bmw"
after eviction

======================================================================


Papango - "bmw" area from the toll road, before eviction



Bahan bangunan rumah warga bervariasi ada yang dari papan triplek, anyaman bambu, dan batako.
Menurut Kosasih, luas wilayah Taman BMW sekira 26 hektar dan jumlah Kepala Keluarga (KK) di tempat itu sekitar 1000 KK. Profesi mereka bermacam-macam ada tukang bangunan, pemulung,tukang ojek dan pedagang.
" Penggusuran kaum miskin bukan merupakan solusi dari masalah, tapi malah menambah masalah. Karena selama ini jika kaum miskin digusur mereka pasti mencari lahan baru lagi untuk tempat tinggal mereka

Pemprov DKI Jakarta mengklaim sudah melakukan antisipasi banjir di sekitar Istana Presiden. “Daerah Pluit tidak kebanjiran ya nggak apa-apa. Saya kira nggak ada masalah dan tidak pernah jadi masalah,” ungkapnya di Balai Kota.
Ditambahkannya, Dinas Pekerjaan Umum tengah melakukan pengerukan secara serentak di 12 kali. Ke-12 kali itu ialah kali Cakung Lama, Saluran Warung Jengkol, Petugan, Sentra Primer Timur, Cakung, Sentiong Salemba, Taman Sari, Apuran Bawah, Apuran Atas, Semanan, Grogol, dan Krukut.
Pengerukan kali yang menelan dana 23 miliar rupiah ini sudah disiapkan tempat pembuangannya, yakni di Jakarta Utara, di eks taman BMW (Bersih, Mandiri, Wibawa), Ancol, dan Marunda.
Sedangkan 13 sungai juga bakal dikeruk dengan menggunakan dana pinjaman Bank Dunia untuk lahan kali seluas sembilan juta meter persegi tahun 2009 sampai 2012. Ke-13 sungai tersebut ialah Sungai Grogol, Cideng, Sunter, Sentiong, Ciliwung, Mukervaart, Cipinang, Duri Kramat, Angke, Kalibaru, Cakung, Papango, Pesanggrahan, dan Krukut. Dana tersebut berasal dari pinjaman lunak dari Bank Dunia sebesar 1,2 triliun rupiah atau sebesar 150 juta dollar AS. Rencananya, pekerjaan fisik dimulai pada 2009 dan ditargetkan selesai tahun 2011 mendatang.
Menurut Wakil Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta Budi Widiantoro, Istana Presiden maupun Wapres tidak memiliki masalah dengan drainase. Menurut dia, istana memiliki tiga pompa dengan masing-masing pompa memiliki tekanan air sebesar 0,25 meter kubik per detik. “Jadi kalau misalnya terjadi hujan sangat lebat di sana, sudah ada pompa yang menyedot air, tapi itu jarang terjadi. Tapi kalau kurang, kita dapat datangkan pompa lagi, sesuai kebutuhan,” ungkapnya.





2 0 0 7


Jum'at, 24 Agustus 2007
2007/8/24


Kliping Berita :


Nama Media : INDOPOS
Tanggal : 24 Agustus 2007
Halaman/Kolom : 17 / 02
Warga Kolong Tol Setuju Penggusuran
Rencana penggusuran ratusan penghuni kolong tol dipastikan tetap akan berjalan seperti rencana. Paling lambat, hingga 31 Agustus mendatang, warga harus mengosongkan bangunannya sebelum ribuan aparat tramtib menyapu kawasan itu.
Praktis, untuk mendesak penundaan eksekusi tersebut, puluhan warga kolong tol dari tiga kawasan yakni Rawa Bebek, Sungai Bambu, Warakas serta Jembatan Tiga. Puluhan warga itu menemui Komisi D untuk mengadukan kejelasan nasib mereka sebelum penggusuran dilakukan. Sebab, selama ini, warga tidak mendapat kepastian nasib yang akan mereka alami pascapenggusuran.
Solusi yang ditawarkan Pemprov DKI tetap akan dilakukan relokasi ke rumah susun (rusun) Marunda bagi yang memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan dipulangkan bagi yang tak memiliki KTP. Tawaran itu ditengarai warga sangat tidak logis, mengingat untuk tinggal di rusun diharuskan membayar sejumlah uang.
Sementara, kondisi perekonomian mereka mayoritas di bawah rata-rata. Selain itu, jika relokasi dilakukan di rusun, warga juga mengaku keberatan mengingat tempat bekerja menjadi semakin jauh. Selain juga kondisi anak-anak mereka yang semakin jauh dari sekolah. Sehingga, ditengarai bisa terancam putus sekolah di kemudian hari.
Dalam hearing dengan anggota dewan kemarin, warga yang didampingi Direktur Urban Poor Consortium (UPC) Wardah Hafidz menuntut agar penggusuran ditunda untuk sementara hingga ada solusi bagi ratusan warga yang tinggal di kolong tol.
Sehingga, sebelum ada solusi yang bisa meyakinkan warga, mereka mengaku menolak penggusuran dan mengancam akan pindah ke atas told an membakar fasilitas yang ada di kawasan itu.
“Bilangnya mereka seperti itu. Inikan lebih berbahaya. Makanya kami ingin ini bisa dikomunikasikan kepada Walikota Jakarta Utara,” ujar Wardah Hafidz di sela-sela mendampingi warga.
Sebenarnya, ratusan warga yang tinggal di kolong tol itu tak keberatan meninggalkan kolong. Untuk kemudian bekas bangunan mereka dibangun taman. Namun, solusinya, mereka tetap diizinkan membangun tempat tinggal di sekitar kawasan itu. “Tinggal dibatasi saja berapa meter yang boleh dibangun. Tidak apa-apa tidak di kolong. Asal mereka tak terlalu jauh saja dari tempatnya sekarang,” ungkapnya.
Dengan membangun tempat tinggal di pinggir jalan itu, warga tetap bisa beraktivitas seperti biasanya. Sementara kolong tol sendiri bisa dimanfaatkan untuk fasilitas umum seperti taman. “Ini saya piker win-win solution. Sebab, kalau di rusun jelas tidak mungkin karena warga mengaku kejauhan,” tandasnya.
Menurut pengakuan Sumiyati, warga RT 05/08, Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara, dengan keberadaan warga yang tinggal di kolong tol itu, kondisi tol bisa dijaga oleh wrga. Sebab, jika tidak sampah menjadi menumpuk dan berakibat fatal jika dibakar orang yang tidak bertanggung jawab.
Diakui, jika penggusuran dilakukan dan warga direlokasi di rusun Marunda, tempat itu sangat jauh. Sehingga aktivitas mereka terganggu. Belum lagi untuk tinggal di rusun harus membayar sejumlah uang.
Wakil Komisi D Mukhayar mengaku setuju untuk penundaan eksekusi penggusuran. Sebab, sebagai warga Jakarta, mereka yang tinggal di kolong tol juga berhak untuk hidup layak. Sementara, hingga solusi tepat belum ditemukan, pihaknya mendesak Walikota Jakarta Utara untuk bisa menunda penggusuran.
Wakil Gubernur DKI Fauzi Bowo saat dikonfirmasi rencana penggusuran itu menolak berkomentar. Sebab, pihaknya telah menyerahkan sepenuhnya kepada Walikota Jakarta Utara Effendi Anas. “Semua sudah diserahkan ke Walikota Jakarta Utara. Saya yakin bisa diselesaikan dengan baik,” terangnya. (aak/tir).
Nama Media : WARTA KOTA
Tanggal : 24 Agustus 2007
Halaman/Kolom : 03 / 02
Warga Kolong Tol Siap Hadang Penggusuran – UPC: Warga Bisa Kalap
Kota, Warta Kota – Warga kolong tol Jembatan Tiga, Penjaringan, Jakarta Utara yang rencananya akan digusur oleh Walikotamadya Jakarta Utara pada 28 Agustus 2007, mengaku siap.
“Warga siap melawan jika pada tanggal 28 Agustus 2007 nanti seluruh warga di kolong jalan tol Jembatan Tiga digusur. Aksi penolakan penggusuran ini pasti akan didukung oleh seluruh warga Jakarta yang tinggal di kolong jalan tol yang jumlahnya mencapai 10.000 KK,” kata Edi Saidi, Community Organizer Urban Poor Consortium (UPC) kepada Warta Kota di Jakarta, Kamis (23/8).
Jika perlawanan warga kolong jalan tol itu terjadi, Edi Saidi mengkhawatirkan warga kalap dan membakar seluruh kolong jalan tol di Jakarta. “Kebakaran kemarin di kolong tol Jembatan Tiga saja membuat Jasa Marga mengeluarkan dana hingga Rp 40 miliar untuk perbaikan jalan tol. Kalau sampai seluruh kolong jalan tol di Jakarta dibakar, berapa besar biaya yang akan dikeluarkan Jasa Marga,” imbuhnya.
Karena itu, Edi Saidi yang mengklaim mewakili 300-an KK warga kolong tol Jembatan Tiga meminta kepada Walikotamadya Jakarta Utara untuk membatalkan penggusuran itu. Demi tujuan itu, Edi bersama Koordinator UPC, Wardah Hafidz dan puluhan warga kolong tol Jembatan Tiga mendatangi Gedung DPRD DKI, di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis (23/8) siang.
Mereka diterima oleh Ketua Fraksi PKS, Muhamad Gunawan dan Wakil Ketua Komisi D, Muhayar. Setelah berdialog sekitar satu jam, Gunawan dan Muhayar mengatakan bahwa mereka hanya bisa menerima aspirasi mereka. Aspirasi para warga pinggiran itu akan disampaikan ke Walikotamadya Jakarta Utara.
“Kami hanya bisa menerima aspirasi mereka, karena masalah pemukiman atau perumahan seperti itu adalah tanggung jawab Pemprov DKI selaku eksekutif. Aspirasi ini akan kami sampaikan ke Walikotamadya Jakarta Utara,” ujar Gunawan. Jawaban tersebut membuat puluhan warga kolong tol Jembatan Tiga kecewa. Padahal mereka menginkan kasus ini bisa dijadikan agenda rapat khusus di DPRD Jakarta.
“Kami kecewa dengan pernyataan yang disampaikan Gunawan dan Muhayar. Mereka tak bisa melakukan sesuatu bagi warga kolong jalan tol Jembatan Tiga. Padahal kedatangan kami ke sini bermaksud agar penggusuran dibatalkan dan anggota DPRD Jakarta bisa menjembatani kasus ini ke tingkat Walikota dan Gubernur,” tegas Edi Saidi.
Ketika ditanya soal rencana pemindahan warga kolong jalan tol Jembatan Tiga ke Rusun Marunda, Cilincing, Jakarta Utara salah seorang warga yang ikut datang ke Gedung DPRD DKI Jakarta mengatakan bahwa kondisi rumah susun itu tidak layak ditempati.
“Kemarin saya datang ke Rusun Marunda dan melihat aliran listrik tidak sampai ke lantai paling atas, yaitu lantai lima. Selain itu, banyak dinding rumah susun itu yang terlihat retak padahal belum digunakan,” ujarnya.
Hal itu membuat warga kolong jalan tol Jembatan Tiga enggan pindah ke rusun itu. Apalagi jika melihat lokasi rusun yang sangat jauh dari layan-layan penting, seperti rumah sakit, terminal, dan jalan raya.
“Kalau kita dipindah ke sana, sama saja seperti ditaruh di tempat terpencil dong, Mas. Belum lagi katanya rumah susun itu baru bisa digunakan pada tahun 2010. Nah, kalau kami digusur tanggal 28 Agustus 2007, lalu kami tinggal di mana?” imbuh warga itu. (get).
Nama Media : MEDIA INDONESIA
Tanggal : 24 Agustus 2007
Halaman/Kolom : 01 / 02
Warga Kolong Tol Mengancam Pemprov Bergeming
Jakarta (Media) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bergeming dan akan tetap menggusur warga, kendati warga penghuni kolong tol Jembatan Tiga, Pluit, Jakarta Utara, mengancam menduduki jalan tol jika permukiman mereka ditertibkan.
Penegasan tersebut disampaikan Kepala Dinas Ketenteraman, Ketertiban, dan Perlindungan Masyarakat DKI Harianto Badjuri, kemarin. Pemprov, ujarnya, tetap konsekuen untuk menertibkan permukiman liar di kolong tol pada 31 Agustus mendatang. Sebab, para penghuni kawasan itu jelas melanggar Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jakarta.
Seperti yang disampaikan Ketua Urban Poor Consortium Wardah Hafidz di DPRD DKI, kemarin, warga penghuni kolong tol bakal menduduki jalan tol jika digusur. “Warga mau nekat biar sama-sama rugi, baik pemerintah maupun penghuni kolong tol,” ujar Wardah yang menjadi juru bicara 100 orang perwakilan penghuni kolong tol saat bertemu anggota dewan, kemarin.
Caranya, imbuh dia, warga akan membakar semua bangunan milik mereka lalu naik dan menduduki badan ruas jalan tol sebagai permukiman baru. “Saya tidak bisa bayangkan betapa repot dan malunya nanti bila badan ruas jalan tol dari dank e Bandara Soekarno Hatta itu diduduki warga,” cetus Wardah.
Namun, Harianto tidak kalah gertak. “Di kolong saja kami tertibkan, apalagi kalau naik ke badan jalan tol. Pemprov tidak akan mundur selangkah pun,” tegas Harianto. Kawasan jalan tol, baik atas maupun bawah, merupakan asset PT Jasa Marga. Karena itu, Pemprov DKI bertindak atas permintaan dari instansi yang bersangkutan.
Langkah penggusuran ditempuh pascakebakaran permukiman liar yang menyebabkan struktur jalan tol rusak beberapa waktu lalu. Solusinya, bagi warga yang memiliki KTP DKI akan dipindahkan ke rumah susun Marunda, Kapuk Muara, Tipar Cakung, dan Parung Panjang. Sedangkan yang tidak punya KTP DKI diberikan uang kerohiman Rp 1 juta. (ssr/j-1).
Nama Media : HARIAN TERBIT
Tanggal : 24 Agustus 2007
Halaman/Kolom : 05 / 02
Tak Mau Pindah, Warga Kolong Tol Minta Ditata
Jakarta – Warga kolong tol di Jakarta Utara yang akan digusur, Kamis mendatangi dan meminta perlindungan DPRD DKI Jakarta. Mereka menolak digusur kecuali ditata. “Kami tak mau dipindah ke arunda. Anak-anak sekolahnya jauh,” ucap Ny. Sumiati, warga kolong tol Gang 3 RT 006/08 Kelurahan Warakas, Jakarta Utara.
Penduduk yang lagi gelisah karena harus mengosongkan kolong tol 28 Agustus ini, hanya mau diterima oleh Fraksi PKS. Dalam dialog dengan Ketua Fraksi PKS, Gunawan didampingi anggotanya Muhayar meminta, difasilitasi ketemu gubernur dan walikota.
Warga kolong tol yang datang meminta bantuan wakil rakyat itu utusan dari Sungai Bambu, Rawa Bebek, Warakas dan Jembatan Tiga, Jakarta Utara. Mereka mengaku, sudah tahunan mendiami kolong tol meski menyadari bahwa lokasi yang dihuninya bukan lahan miliknya.
“Kolong tol yang dulunya kumuh, sekarang sudah lebih terlihat bersih dan lebih baik. Silakan lihat sendiri,” ucapnya. Karena itu, mereka minta hunian di kolong tol ditata. “Bangunan di kolong tol dipinggirkan saja dan bagian tengahnya dibiarkan kosong. Silakan dibangun taman di tengah dan warga akan memerawat taman itu,” ucapnya.
Wakil Gubernur DKI Fauzi Bowo ketika diminta komentar soal tuntutan warga kolong tol itu menegaskan, kebijakan untuk menyelesaikan persoalan warga kolong tol sudah diserahkan kepada Walikota Jakarta Utara. (her).
Nama Media : HARIAN TERBIT
Tanggal : 24 Agustus 2007
Halaman/Kolom : 05 / 06
Siswa Di Kolong Tol Disalurkan
Jakarta – Nasib murid Yayasan Kartini yang selama ini sekolah di kolong tol Lodan, Kelurahan Ancol, Jakarta Utara ditentukan Senin (27/8). Hasil pendataan Dinas Dikdas (Pendidikan Dasar) dan Sudin Dikdas di lokasi kemarin ditemukan perbedaan data yang cukup kontras antara Yayasan Kartini yang dikelola ibu kembar dengan Dikdas.
Menurut Kasubsi SMP Dinas Dikdas DKI, Syaifullah dan Kasie Dikdas, Jakarta Utara, Bakri Siknun, hasil pendataan hanya sekitar 98 murid mulai tingkat SD hingga SMA yang sehari-hari sekolah di kolong tol dengan jumlah guru sebanyak 12 orang. Sementara hasil laporan ibu kembar ke Dikdas, terungkap jumlah siswa yang belajar di sana sekitar 454 siswa yang sekolah di kolong tol.
“Makanya, kita belum bisa memastikan. Yang jelas, data siswa SD akan disalurkan di SD di sekitar tempat tinggal mereka setelah mendapatkan rusun,” kata Bakri. Sementara, warga yang anaknya duduk di bangku SMP, kata Syaifullah, akan disalurkan ke SMP terdekat dengan perlakuan disesuaikan dengan kebijakan masing-masing sekolah.
“Kekhawatiran orang tua murid akan mengeluarkan biaya jika setelah di sekolah baru, tak perlu terjadi. Kita akan titipkan mereka ke kepala sekolah agar diberi keringanan. Banyak upaya yang bisa dilakukan, mereka juga akan kita carikan orang tua asuh karena kita juga punya program itu.”
Ibu kembar Rosi pengelola Yayasan Kartini mengungkapkan, pihaknya tak keberataan dipindah karena itu memang lokasi yang bukan miliknya. Namun, dia tak begitu saja menerima keputusan itu sebelum ada kejelasan lokasi anak-anak disekolahkan. (fit).
Nama Media : POS KOTA
Tanggal : 24 Agustus 2007
Halaman/Kolom : 04 / 01
Bocah Korban Kebakaran Alami Pembesaran Kepala
Penjaringan (Pos Kota) – Kasihan benar Ibnu Al Fajri, 8, korbankebakaran di Kelurahan Pejagalan, Jakarta Utara. Dia hanya bisa terbaring di tenda pengungsian. Sebab sejak usia delapan bulan menderita kelebihan cairan otak di kepalanya.
“Fajri kepalanya membangkak gara-gara jatuh dari ayunan waktu berumur 8 bulan,” jelas Suhandi, bapaknya yang tinggal di tenda pengungsian Jembatan Tiga Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis (23/8).
Ia hanya pasrah saja sejak anaknya sakit. Sebab mau berobat biaya tidak punya, apalagi usai rumahnya terbakar beberapa pecan lalu semua harta benda ludes dilalap si jago merah. Sampai saat ini belum ada bantuan medis sehingga anaknya masih terbaring lemas di tenda pengungsian.
“Kami Cuma pasrah nggak bisa berbuat apa-apa,” keluh Suhandi. Sebab ia hanya seorang pengamen yang penghasilannya Cuma cukup untuk makan ala kadarnya.
“Jika ada uluran tangan untuk membantu, kami sangat bersyukur,” ungkap Suhandi. Persoalan ekonomilah yang membuatnya sampai saat ini tidak melakukan apapun terhadap putra kesayangannya itu.
“Siapa sih yang nggak saying anak. Tapi kalau nggak ada uang mau diapain lagi,” (faisal/C1).
Nama Media : POS KOTA
Tanggal : 24 Agustus 2007
Halaman/Kolom : 04 / 07
Ratusan Siswa Kolong Tol Ditampung di Sekolah Negeri
Pademangan (Pos Kota) – Ratusan siswa Sekolah Darurat Kartini di kolong jalan tol Ancol akan dipindahkan Sudin Pendidikan Dasar Jakarta Utara ke sejumlah sekolah negeri. Pasalnya sesuai dengan rencana akhir bulan ini bangunan di bawah jembatan tol akan dibongkar.
“Bila sudah digusur kami akan pindah di Kampung Bandan,” ungkap Sri Rossyati, pengelola sekaligus Pengajar Sekolah Darurat Kartini, kemarin. Sekolah tetap masuk, kata Sri Rossyati, meski bangunan yang ada pada kolong jembatan ini dibongkar. Pihak pengelola sekolah akan memindahkan di dekat Pos Polisi Jalan Sayur Kampung Bandan, menumpang tanah milik PT Kereta Api Indonesia (KAI).
Ia juga mengatakan jika proses belajar mengajar di kolong tol ini akan berakhir sampai dengan hari Sabtu (25/8). Setelah usai proses belajar siangnya semua barang-barang milik sekolah akan dibawa ke lokasi baru.
BER-KTP DKI
Kasudin Dikdas Jakarta Utara Zainal mengatakan siswa yang orangtuanya ber KTP DKI Jakarta yang akan dipindahkan sekolah negeri. Semua proses pemindahan serta belajar selanjutnya ditanggung pemerintah alias gratis.
“Untuk siswa SD akan kami pindahkan ke sekolah yang mereka inginkan. Tentu yang terdekat dengan tempat tinggal baru orangtuanya,” katanya.
Namun untuk siswa SMP-nya mereka tidak bisa masuk sesuai keinginan karena harus menyesuaikan dengan regulasi yang ada. Sebab untuk masuk ke SMP tertentu biasanya melalui proses seleksi.
Menurut Zaenal jumlah siswa kolong tol terdiri atas SD Kelas I 25 orang, Kelas II 17 orang, Kelas III tidak ada, Kelas IV 11 orang, Kelas V tidak ada, dan Kelas VI 7 orang. Sedangkan untuk SMP Kelas I 15 orang, Kelas II 6 orang, dan Kelas III 9 orang. Untuk siswa SMA menurut Zaenal datanya ada di Sudin Dikmenti. (faisal/C1).
Nama Media : POS METRO
Tanggal : 24 Agustus 2007
Halaman/Kolom : 02 / 02
Soal Penggusuran Warga Kolong Tol – Suara Dewan Terpecah
Kebon Sirih – Puluhan warga dari berbagai perwakilan penghuni kolong tol di Jakarta, Kamis (23/8) kemarin mengadukan nasibnya ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Hasilnya, suara dewan pecah. Ada yang setuju dan ada pula yang menolak.
Perwakilan warga kolong tol tersebut diantaranya, Kolong tol Jembatan Tiga yang baru-baru ini menjadi korban kebakaran, Rawa Bebek, Sungai Bambu, Warakas, Papanggo Petak Seng, Kali Jodoh, Walang, Muara Karang, dan Air Baja semuanya berada di wilayah Jakarta Utara dengan total penduduk sekitar 10 ribu keluarga.
Mereka meminta kepada lembaga wakil rakyat tersebut agar memberikan dukungan kepada warga untuk tidak melakukan penggusuran di pemukiman kolong tol yang sudah lama mereka tempati. “Kita minta kepada Dewan yang terhormat, agar mau menunda dan bila perlu menghentikan penggusuran,” ungkap Sumiyati (34) warga kolong tol Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Menurutnya, Surat Perintah Bongkar (SPB) yang diberikan oleh Walikota Jakarta Utara sangat memberatkan baginya. Pasalnya, selain tempat relokasi seperti di Rusun Marunda dan Muara Karang yang dinilai sangat jauh dari pemukiman, banyak juga anak-anak mereka yang sedang menenyam pendidikan di sekolah-sekolah dekat tempat tinggal mereka. “Kebijakan ini tidak adil, dibeberapa ruas kolong tol Pemda justru membolehkan kolong tolnya digunakan. Tetapi giliran kita yang sudah bertahun-tahun malah disusur,” keluhnya.
Direktur Urban Poor Consortium (UPC) Wardah Hafidz selaku pendamping warga kolong tol mengatakan, penggusuran tersebut tidak akan memecahkan masalah, bahkan menurutnya akan membuka masalah baru. Pasalnya, penggusuran tersebut melanggar hak asasi dan kontitusional warga yang dijamin dalam UUD 1945 sebagaimana dinyatakan dalam pasal 28H ayat 1 dan melanggar konvensi tentang hak anak yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia pada bulan Oktober 1990 yang lalu. “Jika ini terjadi berarti pemerintah telah mengingkari komitmen Global Plan Of Action Habitat II yang isinya tentang jaminan hak atas perumahan yang layak,” paparnya.
Sementara itu, anggota DPRD dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mukhayar RM berharap Jakarta layak untuk ditempati untuk pemukiman dan tidak kumuh. Kemudian terkait masalah penggusuran pihaknya sepakat untuk ditunda proses eksekusi. “Jika memang belum ada solusi yang tepat sebaiknya, eksekusi penggusuran agar ditunda,” tegasnya. Mukhayar sangat menyayangkan terhadap pihak Departemen Pekerjaan Umum yang tidak menyerahkan permasalahan kolong tol kepada Pemda DKI.
Suara Mukhayar seperti bertentangan dengan opini Ketua Komisi A (Bidang Pemerintahan) Ahmad Suaedy. Kala itu ia mengatakan bahwa semua pemukiman di tempat itu tidak ada izinnya. “Maka dari itu Trantib harus berani membersihkan lokasi pemukiman dibawah kolong tol,” ungkapnya. Suaedy menjelaskan, lahan-lahan yang berada di bawah kolong jalan tol tersebut memang seharusnya diperuntukan untuk lahan fasos-fasum seperti taman kota, sarana olah raga dan Ruang Terbuka Hijau. “Untuk taman, bukan untuk pemukiman,” tegasnya.
Ditempat terpisah, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo menybutkan, permasalahan penggusuran di kolong tol tersebut sudah diserahkan kepada pemerintah di tingkatan Walikota. “Pokoknya kita sudah bulat untuk digusur, kemudian untuk masalah teknisnya kita serahkan kepada Walikota Jakarta Utara sebagai eksekutor,” pungkasnya. (cky).
Nama Media : BERITA KOTA
Tanggal : 24 Agustus 2007
Halaman/Kolom : 02 / 01
Sulit Bangun Sarana Olahraga
Jakarta Utara – Rencana Dinas Olahraga membangun sarana olahraga di kawasan Taman BMW, Kelurahan Papango, Jakarta Utara bakal sulit diwujudkan. Pasalnya taman seluas 32 hektare itu mulai diserobot oleh penghuni kolong tol yang akan segera ditertibkan dalam waktu dekat. Tidak hanya itu, di kawasan dimaksud juga berdiri puluhan bangunan liar semipermanen. Kasie Pengendalian Fasilitas Sarana Dinas Olahraga DKI Heru Haryanto mengatakan, kawasan merupakan fasos/fasum yang diserahkan sejumlah pengembang dan menurut rencana akan dijadikan stadion olahraga bertaraf internasional. Walikota Jakarta Utara Effendi Anas sudah memaparkan rencana pembangunan kawasan tersebut kepada Gubernur DKI Sutiyoso beberapa waktu lalu. Pemaparan Walikota mendapat reaksi positif dari Gubernur. Namun untuk merealisasikannya tidak mudah karena harus lebih dulu dilakukan pengkajian. (day).
Nama Media : POS KOTA
Tanggal : 24 Agustus 2007
Halaman/Kolom : 04 / 01
Upaya Mendisiplinkan Pengendara – 123 Kendaraan Dijaring
Tanjung Priok (Pos Kota) – Sebanyak 123 unit angkutan umum dan kendaraan pribadi di tangkap petugas dari Sudin Perhubungan dan Polres Metro Jakarta Utara dalam operasi rutin yang dilakukan selama 2 hari di sejumlah ruas jalan. Bahkan dari jumlah tersebut 12 di antaranya terpaksa dikandangkan.
“Kegiatan ini sebagai upaya mendisiplinkan para pengendara yang mulai nampak mengendur,” kata Kasudin Perhubungan Jakarta Utara Yusar Iskandar didampingi Kasie Penertiban Suratman usai melakukan operasi, kemarin.
Menurutnya disiplin pengemudi terlihat dengan banyaknya kendaraan pribadi dan angkutan umum yang seenaknya melanggar peraturan lalu lintas. Misalnya, banyak sepeda motor dan kendaraan pribadi yang masuk jalur busway sehingga terpaksa ditilang.
Selain itu pelanggaran yang juga sering dilakukan seperti berhenti di lokasi terlarang. Hal semacam ini biasanya banyak dilakukan pengemudi angkutan umum.
TAK ADA SURAT DIKANDANGKAN
Makanya dari operasi yang dilakukan kemarin ternyata sebagian besar kendaraan yang tertangkap adalah angkutan umum. Dari 123 jumlah yang tertangkap ternyata 83 di antaranya angkutan umum dan sisanya 37 sepeda motor dan 3 mobil pribadi. Operasi dilakukan antara lain di Jalan Perintis Kemerdekaan, Gunung Sahari, serta Mangga Dua.
Kesalahan yang lebih fatal yang biasanya banyak dilakukan pengemudi angkutan umum dan truk adalah membawa kendaraan tanpa dilengkapi surat-surat. Untuk pelanggaran semacam ini menurut Yusar pihaknya tidak punya pilihan lain kecuali mengandangkan kendaraan bersangkutan.
“Mau ditahan surat-suratnya tidak ada. Ya dikandangkan saja,” tambah Yusar. Dia meminta kepada para pengemudi baik angkutan umum ataupun kendaraan pribadi agar selalu mentaati aturan lalu lintas. Pihaknya, tidak akan pernah bosan melakukan operasi rutin secara mendadak agar para pengemudi benar-benar mau mentaati peraturan lalu lintas. (faisal).
Nama Media : INDOPOS
Tanggal : 24 Agustus 2007
Halaman/Kolom : 12 / 01
Pitung Andalkan Serangan Balik
Jakarta – Berkat sukses menyikat poin di dua laga kandang, Persitara Jakarta Utara menikmati zona Superliga Liga Djarum Indonesia (LDI) XIII di matchday ke-21. Namun, tim berjuluk Laskar si Pitung tidak boleh terlalu lama menghibur diri. Sebab, mereka telah ditunggu Persikabo Bogor yang ingin menuntut balas atas kekalahannya 0-1 di putaran I di Stadion Pemda Kabupaten Bogor besok.
Persikabo sudah pasti tidak ingin menanggung malu di depan pendukungnya sendiri. Dengan kondisi ini bukan tak mungkin tim besutan Suimin Diharja bakal menggempur habis pertahanan Persitara. Apalagi mereka tertinggal jauh dari gerbong Superliga.
“Kita sangat sadar mereka akan main keras dan menyerang. Apalagi saya tahu betul cara Suimin melatih, tapi kita harus berusaha, berusaha, berusaha untuk menang. Tak ada cara lain, kecuali andalkan serangan balik yang efektif,” kata Pelatih Persitara Abdulrahman Gurning kepada Indopos kemarin.
Dijelaskan Gurning, kondisi itu tentu akan membuat dirinya mempersiapkan pemain yang fresh dalam bertahan. Rencananya, selain empat pemain belakang andalannya (Gabriel Ngako, Ebentje Rudolf, Dedy Sutrisno, dan Dedy Mulyadi), pria asal Medan itu rencananya akan melakukan perubahan dalam pos gelandang bertahan.
Jika di dua laga tandang sebelumnya, yakni ke markas PSDS Deli Serdang dan Persiraja Banda Aceh menggunakan jasa Iwan Suyanto, besok dia akan memainkan Hariman Siregar. Untuk partai tandang, Gurning memang mengandalkan pengalaman seorang pemain. “Mungkin hanya sayap saya akan adakan perubahan. Namun kita lihat saja nanti,” jelas Gurning.
Pelatih Persikabo Suimin Diharja mengaku, tidak gentar dengan strategi yang diusung Persitara. Menurut dia, dirinya tetap akan mengedepankan positif football dengan bermain teknik dan skil. Selain itu, mantan pelatih Sriwijaya FC itu tidak akan memerintahkan penjagaan khusus bagi pemain Persitara. “Siapa yang paling dekat dari zona bola, pos itu yang bertanggung jawab, melawan Persitara kita harus berusaha menjaga ritme dan disiplin tiap lini, karena bagaimana pun kita main dikandang tiga poin merupakan hal yang perlu kita raih,” janjinya. (Iis).



Berita Media Online Jakarta Utara